Friday, April 10, 2015

Pengetikan Ulang Buku untuk Tunanetra (PUBT) DV SOS 2015, 05 April 2015


Posted by: Lenny Yapananda Samudra – 1801373914 - Manajemen

Melodi walk in the forest mengalun perlahan tepat pada pukul 04.30. Tidak seperti biasanya, saya sangat bersemangat untuk bangun pagi, mematikan alarm tersebut dan segera mandi. Ya, hari ini adalah hari Pengetikan Ulang Buku untuk Tunanetra (PUBT) yang merupakan main event dari acara DV SOS 2015 Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana (KMBD) BINUS University yang bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Fellowship of Netra Community dan Teach for Indonesia (TFI).


Logo DV SOS 2015.
 
Community partner: Teach for Indonesia.

Kebetulan saya ikut andil dalam event ini menjadi panitia volunteer di divisi usher. Saya mendaftarkan diri untuk menjadi panitia volunteer pada event ini karena saya ingin berkontribusi dalam memberikan suatu masa depan yang lebih baik bagi teman-teman kita di luar sana yang tunanetra, salah satunya dengan mengetik ulang buku untuk menambah referensi buku bacaan teman-teman yang tunanetra. Mungkin kegiatan ini nampak sepele. Namun nyatanya, hasil ketikan para volunteer akan diupload dan dapat diunduh oleh panti tunanetra atau komunitas yang peduli akan tunanetra di seluruh Indonesia. Jadi, hal kecil yang kita lakukan akan memiliki dampak yang besar.
Selesai mandi, saya sarapan dan mengecek kembali barang bawaan saya. Kaus panitia berwarna putih bertuliskan “DV SOS 2015 Bring the Light for the Blind” telah saya kenakan, lengkap dengan celana jeans, flat shoes berwarna coklat dan tidak lupa name tag KMBD. Yakin bahwa tidak ada satu pun hal yang terlupakan, saya pun pamit kepada kakak saya untuk berangkat.  Saya sampai di depan admisi Kampus Anggrek sekitar pukul 05.15. Ternyata, sudah banyak panitia yang datang. Luar biasa sekali semangat cici koko panitia!
Sembari menunggu panitia yang belum datang, kami mengisi absensi panitia dan dibagikan roti untuk mengganjal perut. Setelah semua panitia sudah lengkap, kami diarahkan untuk naik bus yang parkir di dekat gedung BNCC. Kami pun berjalan bersama-sama dan langsung naik ke dalam bus setibanya di lokasi parkir. Tidak berapa lama, bus melaju menuju Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, lokasi di mana akan dilakukan PUBT bersama 1.000 volunteer yang sudah kami nantikan.

Tzu Chi Center, PIK.

Sesampainya di Tzu Chi Center, ternyata sudah banyak volunteer yang mengantri untuk masuk padahal registrasi belum dibuka. Saya amazed dan bangga melihat antusiasme yang sangat tinggi dari para volunteer yang pada hari Minggu ini sudah mau meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam event kami. Saya bersama teman-teman usher lainnya segera masuk dan melepaskan sepatu lalu dimasukkan ke dalam shoes bag. Ya, di Tzu Chi Center ini memang diwajibkan untuk melepas alas kaki. Tanpa membuang waktu, kami segera berlari ke ruang logistik untuk menyimpan barang bawaan lalu berpencar sesuai dengan lokasi masing-masing seperti yang sudah dibagi pada saat technical meeting. Dari divisi usher juga mendapatkan bantuan dari Fellowship of Netra Community.
Untuk usher, ada yang berjaga di bagian pendaftaran, sepanjang perjalanan menuju lantai 4 yaitu lokasi pengetikan, dan di depan aula lantai 4. Saya mendapat tugas di depan aula lantai 4 untuk membantu para volunteer dalam menemukan nomor kursinya. Seribu kursi yang ada dibagi menjadi empat blok utama yaitu blok merah, hitam, hijau, dan biru sesuai dengan warna spidol dari nomor pendaftaran para volunteer. Pada pagi hari ini, saya menjadi PIC dari blok merah.
Ketika volunteer mulai berdatangan, saya bersama teman-teman usher yang berjaga di depan aula lantai 4 langsung menyambutnya dengan senyuman, mengucapkan selamat pagi dan mengarahkan para volunteer untuk menunggu di bagian coffee break terlebih dahulu. Sekitar pukul 08.15 barulah para volunteer dipersilakan untuk masuk ke aula. Tidak mudah untuk mengarahkan ratusan volunteer. Saya pun berusaha semaksimal mungkin mengarahkan volunteer sesuai dengan blok mereka masing-masing.

Menjadi usher menjadi pengalaman baru untuk saya.
 
Memberi arahan kepada para volunteer.




Semangat melayani sesama :)

Volunteer yang datang bergerombol membuat saya harus memberi arahan dengan suara yang keras agar terdengar oleh semuanya. Rasa haus mulai menyerang. Namun, melihat wajah-wajah para volunteer yang berseri-seri dan tidak sabar untuk mengikuti acara ini menjadi penyemangat utama saya untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Volunteer yang hadir sangat beragam mulai dari remaja hingga orang tua dan berasal dari bermacam-macam kota baik Jakarta, Bogor, hingga Bandung. Volunteer yang hadir juga memiliki latar belakang agama yang beragam pula yang terlihat dari jilbab atau kalung salib yang mereka kenakan. Perbedaan agama ini tidak menjadi penghalang untuk bersatu dan melakukan kegiatan sosial bagi sesama!
Acara dibuka pada pukul 09.15 dengan penampilan kesenian dari KMBD Dance Group, dilanjutkan dengan kata sambutan dari Sdri. Metta Ratana selaku Ketua Panitia Pelaksana, Sdra. Tan William selaku Ketua KMBD, Bapak Fatahillah selaku Asisten Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Jakarta, Sdri. Irawati selaku Pengurus Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Sdri. Tarini selaku Pengurus Fellowship of Netra Community.

Suasana di dalam aula lantai 4.
 
Acara dilanjutkan dengan penampilan dari teman-teman Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Bakat emas yang mereka miliki membuat semua volunteer takjub. Ada yang bernyanyi, bermain biola, piano bahkan saxophone! Tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi dari para volunteer atas persembahan dari teman-teman Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin riuh terdengar sampai ke luar aula. Penampilan shou yu dari Tzu Ching tidak kalah menariknya. Setiap gerakan tangan yang ditampilkan mengandung makna tersendiri.
Usai melihat kesenian, acara pengetikan pun dimulai. Para volunteer mengeluarkan laptop dari dalam tasnya dan mengaktifkan program Microsoft Word. Ya, para volunteer akan mengetik seperti biasa yang nantinya akan diconvert menjadi huruf Braille. Setiap volunteer sudah mendapatkan petunjuk pengetikan dan fotocopy halaman buku yang akan diketik, yang pada awal acara sudah diletakkan di tempat duduk masing-masing. Dalam waktu sekitar 3 jam ke depan, para volunteer akan mengetik kurang lebih 15 halaman. 

Acara pengetikan ulang buku untuk tunanetra (PUBT).

Para usher yang berjaga di area pengetikan pun mulai kebanjiran pertanyaan dari volunteer. Ada yang bertanya mengenai perataan teks, apakah nomor halaman perlu diketik, dan pertanyaan mengenai teknis pengetikan lainnya. Dengan sigap dan sabar, kami sebagai usher menjawab satu per satu pertanyaan dari volunteer. Setelah tidak ada lagi kebingungan mengenai teknis pengetikan, para volunteer pun mulai mengetik.
Pada saat para volunteer mengetik, divisi usher dibagi menjadi dua sesi untuk makan siang. Saya yang mendapatkan sesi pertama pun segera turun bersama teman-teman usher yang lain menuju basement. Kami langsung mengambil kotak makanan dan menikmati makanan tersebut. Kami hanya diberi waktu 15 menit untuk makan siang agar dapat bergantian dengan sesi kedua. Selesai makan siang, kotak makanan, sendok dan botol dibuang secara terpisah agar dapat didaur ulang.
Sesampainya kembali ke aula pengetikan, sesi kedua untuk makan siang pun turun ke basement. Saya kembali berjaga di sekitar blok merah. Tidak disangka, ada beberapa volunteer yang sudah menyelesaikan pengetikannya dan bertanya apakah mereka boleh meminta teks tambahan untuk diketik. Wow, ketulusan hati para volunteer dalam acara ini patut diacungi dua jempol! Saya pun bertanya kepada panitia yang bersangkutan dan ternyata diperbolehkan untuk menambah teks pengetikan.
Tepat pukul 12.15, Master of Ceremony mengumumkan bahwa sekarang para volunteer akan break untuk makan siang. Pihak Tzu Chi membantu mengarahkan volunteer menuju basement. Barisan yang dibuat sangat rapi dan para volunteer pun mengikuti arahan dengan tertib. Pada saat para volunteer  makan siang, saya dan beberapa usher tetap berada di aula untuk berjaga-jaga. Akhirnya saya dapat melepas penat meskipun hanya sebentar.  
Lima belas menit berlalu, beberapa volunteer nampak sudah kembali ke aula. Karena jumlah volunteer masih sedikit, saya berkeliling menghampiri mereka satu per satu dan mengingatkan untuk mengisi kertas kuning yang berisi data volunteer. Saat volunteer sudah mulai banyak, saya kembali stand by di blok merah. Jumlah volunteer yang sudah menyelesaikan pengetikannya mulai banyak sehingga saya harus berlari ke sana kemari untuk mengambil file hasil ketikan tersebut menggunakan flash disk.
Para volunteer yang belum selesai mengetik melanjutkan pengetikan sampai pukul 14.30 dengan diiringi oleh Latte Band yang membuat suasana semakin cozy. Bagi volunteer yang tidak dapat menyelesaikan pengetikan hingga batas waktu yang diberikan dapat melanjutkan pengetikan di rumah masing-masing lalu dikirim melalu e-mail kepada panitia.
Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan sosialisasi dari Tzu Chi. Sharing dari Sofian, seseorang yang pernah menderita tumor mata dan berhasil berjuang untuk melawan penyakitnya sangatlah inspiratif bahkan membuat beberapa volunteer meneteskan air mata. Apalagi ketika Sofian berbagi cerita saat Sofian bertemu dengan Master Cheng Yen dan Master Cheng Yen berkata, “Sofian, kamu memiliki mata yang gelap, namun hati kamu terang.” Kalimat ini menjadi sebuah renungan di mana tidak ada batasan apa pun untuk menjadi orang yang mulia dan bijaksana. Jangan menjadikan keterbatasan yang kita miliki menjadi sebuah halangan untuk terus berbuat baik dan memperbaiki diri. Setelah sharing dari Sofian, dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai celengan bambu Tzu Ching dan sosialisasi mengenai Tzu Ching.
Acara ditutup dengan doorprize dan foto bersama. Pada saat foto bersama, kami bersama-sama meneriakkan, “DV SOS 2015, we have donated vision!” Akhirnya usai sudah acara DV SOS 2015. Saya sangat senang telah mampu berkontribusi bagi kelancaran acara ini. Saya belajar banyak sekali hal baru. Misalnya saja untuk tidak mudah mengeluh, selalu bersyukur dalam kondisi apa pun serta mengembangkan cinta kasih kepada siapa pun, di mana pun dan kapan pun.

Great day with great people!

Untuk teman-teman yang tunanetra, jangan pernah lelah untuk mengejar mimpi kalian. Keterbatasan yang kalian miliki justru membuat kalian menjadi unik dan menjadi inspirasi bagi kami semua. Jangan pernah menyerah dan terus lakukan yang terbaik dalam hidup kalian. Untuk teman-teman aktivis sosial untuk tunanetra, you’ve done a great job! Lanjutkan! Mari kita berikan masa depan yang lebih baik kepada saudara kita yang tunanetra. Hal kecil yang kalian lakukan akan membuahkan hasil yang besar jika dilakukan dengan terus menerus dan dengan sepenuh hati. Dengan jari volunteer mengetik, dengan jari tunanetra melihat dunia.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada para volunteer yang sudah berpartisipasi, seluruh panitia yang telah bekerja keras, dan tidak lupa kepada para sponsor, donatur dan community partner. Semoga apa yang telah kita lakukan membuahkan hasil yang positif dan mampu membawa perubahan kepada teman-teman kita yang tunanetra ke arah yang baik pula tentunya. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan! :)

Divisi usher.

Smileee!


Kunjungan ke Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, 03 April 2015

Jumat, 03 April 2015 menjadi salah satu hari yang paling berkesan di dalam hidup saya. Pada tanggal tersebut saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kunjungan ke Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Jakarta Timur bersama teman-teman dari Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammvaddhana (KMBD) BINUS University dalam rangka DV SOS 2015.  Peserta kunjungan diminta untuk berkumpul pada pukul 07.00. Saya sudah tiba di depan admisi Kampus Anggrek pada pukul 06.45 karena tidak mau terlambat mengikuti acara yang tentunya sangat seru ini.
Setelah semua peserta berkumpul, kami naik ke bus dan melaju ke lokasi tujuan. Perjalanan yang sangat lancar membuat kami sudah tiba di lokasi sekitar pukul 08.00. Sesampainya di sana, saya segera turun dengan penuh semangat dan masuk ke aula utama. Ternyata teman-teman dari bus yang lain sudah tiba terlebih dahulu dan sudah membaur bersama teman-teman dari Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Rentang usia teman-teman di panti ini sangatlah beragam mulai dari anak kecil, remaja, orang tua, hingga lansia. Jujur saja, pada awalnya saya bingung bagaimana cara untuk berbaur dengan teman-teman yang ada di sini. Saya mengajak seorang wanita paruh baya untuk mengobrol namun beliau nampak tidak begitu tertarik dan hanya menjawab pertanyaan saya sekedarnya saja.
Merasa tidak ada kecocokan, saya pun terdiam. Tidak berapa lama, datang serombongan teman-teman dari Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Ada salah seorang anak kecil laki-laki yang menarik perhatian saya. Saya memberanikan diri untuk mendekati dan mengajaknya berkenalan. Anak kecil tersebut ternyata bernama Putra, umurnya 8 tahun. Wajahnya sangat menggemaskan. Putra juga sangat lucu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan polosnya. Putra bercerita bahwa ia senang bermain sepak bola. Saya merasa bersyukur bahwa keterbatasan yang dimilikinya tidak menjadi halangan untuk beraktifitas seperti anak seumuran lainnya.

Foto bersama Putra :)
 
Sekitar pukul 09.00 acara pun dimulai dengan kata sambutan dari Metta Ratana selaku ketua pelaksana DV SOS 2015, dilanjutkan dengan kata sambutan dari Tan William Tanuwijaya selaku ketua KMBD dan dilanjutkan dengan kata sambutan dari pihak Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Acara dilanjutkan dengan penampilan dari teman-teman Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. Ada yang bermain biola, bernyanyi, bermain piano, dan banyak lagi. Rasanya sangat bangga melihat mereka mampu berkarya di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Beberapa teman dari panti bahkan mampu menjahit dengan mahir. Luar biasa!

Amazing talent from amazing people!

Acara dilanjutkan dengan bermain game. Seluruh peserta kunjungan baik dari KMBD maupun teman-teman Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin diberi secarik kertas yang berisi nama binatang seperti singa, serigala, kucing dan lain sebagainya. Peserta game lalu diminta untuk menutup mata dengan slayer, kain atau benda lainnya yang telah diminta panitia untuk dibawa saat kunjungan. Peserta game harus mencari teman sekelompok yang mendapatkan nama binatang yang sama dengan syarat hanya boleh menirukan suara dari binatang tersebut, tidak boleh mengucapkan satu patah kata pun.
Saat mata saya ditutup, saya menjadi panik karena saya tidak bisa melihat apa pun dan tidak bisa menentukan arah untuk berjalan. Kebetulan pada saat mata saya ditutup, di sebelah saya adalah teman dari panti. Melihat gelagat saya yang seperti ketakutan, teman dari panti tersebut berkata, “Gelap, ya? Itulah yang kami rasakan sehari-hari.” Sebuah kalimat sederhana yang meluncur dari mulutnya membuat saya merenung untuk beberapa saat dan tersadar betapa hebatnya teman-teman kita yang tunanetra dalam menjalani hidup ini dengan penuh semangat dan tidak pernah mengeluh dengan kondisi yang ada. Sementara dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, kita yang normal saja masih sering kali mengeluh akan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak patut untuk kita keluhkan. Semangat hidup teman-teman kita yang tunanetra patut ditiru dan diberi acungan jempol.
Game pun dimulai. Saya mendapat kelompok kucing sehingga saya pun harus mengeong-ngeong untuk mencari teman sekelompok sembari berjalan perlahan langkah demi langkah karena takut menabrak teman yang lain. Ruangan menjadi sangat bising. Ada yang mengaum, mengembik, menggongong dan lain sebagainya. Sangat sulit mencari teman kelompok kucing lainnya. Sekitar 10 menit berputar-putar ruangan dan tidak membuahkan hasil, salah seorang panitia menghampiri saya dan menanyakan nama kelompok saya lalu mengantar saya ke tempat kelompok kucing masih dengan mata tertutup. Sesampainya di sana, saya pun hanya bisa menggandeng tangan salah seorang laki-laki agar tidak kehilangan teman kelompok. Rasanya lega mengetahui saya sudah berkumpul dengan teman satu kelompok.

Finally found my team.

 
But first, let us take a photo!


Saat diperbolehkan membuka mata, saya pun berkenalan dengan anggota kelompok saya. Dari Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin ada Putra, Novita, Ratna, Rayan, dan Rusli sedangkan dari KMBD ada saya, Michael Pien, Agus Indrato dan Ade Putra. Dalam kelompok ini, saya akrab dengan Novita. Novita berumur 25 tahun namun parasnya yang cantik membuatnya terlihat masih seumuran saya yaitu 18 tahun. Novita banyak berbagi cerita dengan saya, salah satunya bahwa pada saat SMA Novita sempat bersekolah di sekolah umum. Novita tidak merasa minder sama sekali. Saya salut dengannya. Kami diberikan selembar kertas untuk menulis huruf Braille, alat untuk menulis huruf Braille dan kertas petunjuk huruf Braille. Pertama kali mencoba rasanya sangat sulit, namun ketika sudah dicoba sangat seru!
Saya baru mengetahui bahwa untuk huruf Braille, untuk huruf kapital, tanda ulang, spasi dan lain sebagainya pun memiliki karakter sendiri sehingga cukup complicated. Awalnya saya belajar menulis nama bersama teman-teman yang lain. Lama kelamaan kami mulai mahir dan saling bertukar pesan dengan teman dari panti menggunakan huruf Braille. Yang saya ingat, mas Rayan menulis pesan yang menyentuh untuk kami yang berisi, “Kakak-kakak terima kasih ya sudah mau bermain bersama kami.” Meskipun kami membacanya masih terbata-bata, namun makna dari kalimat tersebut sangat mengena di hati kami. Saya juga surprised melihat Putra yang masih kecil namun sudah pandai dalam menulis huruf Braille. Di sini terlihat bahwa teman-teman di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin selalu diberikan pelajaran yang mendukung untuk perkembangan diri mereka dan mengisi waktu mereka dengan positif seperti ekstrakulikuler alat musik dan lainnya.
Setelah asyik belajar huruf Braille, kini tiba saatnya untuk teman-teman panti sholat Jumat. Kami membantu mengantar mereka sampai ke depan pintu dan mencari sendal mereka. Sementara teman-teman panti sholat Jumat, peserta kunjungan membuat kartu ucapan dengan huruf Braille yang nantinya diberikan kepada salah satu teman kelompok kami yang tunanetra. Semua peserta mulai menulis dengan antusias. Ada yang menuliskan pesan yang panjang dan ada pula yang singkat. Pada kesempatan kali ini, saya membuat kartu ucapan untuk Putra yang isinya kurang lebih mengenai perasaan senang saya bisa bertemu dan mengenalnya serta pesan untuk terus belajar agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Kartu ucapan buatan saya untuk Putra :)

Sekitar pukul 12.30, teman-teman yang sholat Jumat telah kembali ke aula. Kami kembali menyambutnya di depan pintu dan menemani mereka untuk kembali duduk berkelompok. Kami akan makan siang bersama. Dengan polos Putra bertanya, “Kakak, makanannya apa?” sambil meraba-raba makanan yang disediakan dengan tangan mungilnya. Saya bangga melihat Putra yang mandiri, mampu makan sendiri, tidak manja sama sekali.
Acara kembali dilanjutkan dengan penampilan vocal group persembahan teman-teman Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin kemudian diisi oleh band dari KMBD yang membuat acara semakin meriah. Mas Rayan dan teman-temannya bahkan membuat sebuah jargon yang penuh semangat yaitu, “KMBD Binus University, mantap, mantap, mantap!!” Semua yang ada di dalam ruangan pun semakin terbakar semangatnya.
Tidak terasa semua rangkaian acara kunjungan telah selesai. Kami pun menyerahkan kartu ucapan yang telah kami buat dan memberikan bingkisan sebagai kenang-kenangan. Untuk menutup acara, kami berfoto bersama. Sampai bertemu lagi teman-teman Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin! 

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta

Semoga semua makhluk hidup berbahagia...

Sadhu.. Sadhu.. Sadhu..

Pembuatan Biopori, 08 April 2015

Community Program



Posted by: Lenny Yapananda Samudra – 1801373914 – LD11

Bapak Hari Sriyanto memanggil nama mahasiswa kelas Character Building LD11 satu per satu lalu melakukan verifikasi yang menandakan bahwa kelas telah usai. Saat itu jam menunjukkan tepat pukul 15.00. Saya dan teman-teman sekelompok meninggalkan ruangan dan bergegas untuk berangkat ke Paroki Santo Kristoforus Grogol, tempat kami mengerjakan proyek biopori (lubang resapan air) kami.
Tiga puluh menit berlalu dan kami pun tiba di lokasi pengerjaan biopori. Kebetulan Bapak Vanny sedang berbincang-bincang dengan seorang wanita paruh baya di bagian depan gedung paroki. Kami segera memberi salam dan meminta izin untuk melanjutkan pengerjaan biopori. Wanita paruh baya tersebut juga menyambut dan menanyakan tujuan kedatangan kami. Kami menjawab bahwa kami akan melanjutkan pengerjaan biopori dan beliau merasa surprised serta bangga dengan kegiatan kami. Bapak Vanny lalu menunjukkan lokasi pengerjaan hari ini yaitu di taman bagian depan dan samping gedung paroki. Tidak lupa kami pun mengambil peralatan yang telah kami titipkan pada saat pengerjaan sebelumnya yaitu pipa paralon dan dop.
Pengerjaan biopori pada hari ini terasa lebih mudah karena kami telah terbiasa menggunakan bor biopori dan media tanahnya pun lebih gembur. Dalam jangka waktu setengah jam, 3 buah lubang biopori telah selesai dikerjakan dengan baik di taman bagian depan gedung paroki. Karena beberapa kelompok kami belum sempat makan siang, kami memutuskan break sebentar untuk makan siang. Sementara saya dan teman-teman yang sudah makan tetap melanjutkan pengerjaan biopori.

Mengumpulkan daun kering sebagai sampah organik.

Mengisi lubang dengan sampah organik.


Lubang biopori ditutup dengan dop yang telah dilubangi.

Dua buah lubang biopori lainnya dibuat tepat di samping gedung paroki. Kali ini giliran saya untuk membuat lubang biopori. Saya menancapkan bor biopori ke dalam tanah lalu mulai memutarnya searah jarum jam. Ternyata tanah di bagian ini sangatlah berat sehingga memerlukan lebih banyak tenaga dan usaha. Bapak Vanny pun tidak segan untuk membantu saya dalam membuat lubang biopori. Setelah lubangnya terbentuk, saya memasukkan pipa paralon ke dalamnya, mengisinya dengan dedaunan kering lalu menutupnya dengan dop yang telah dilubangi. Yey, akhirnya proyek biopori kami selesai dengan baik dengan bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak.

Membuat lubang dengan bor biopori.

Bapak Vanny dengan senang hati membantu membuat biopori.
 
Lubang biopori yang telah selesai saya buat.
Pada pengerjaan hari ini, lagi-lagi kami berhasil menarik perhatian masyarakat sekitar. Seorang wanita paruh baya bersepeda memperlambat laju sepedanya dan menghampiri kami. Beliau bertanya apa yang sedang kami kerjakan dan kami menjawab bahwa kami membuat lubang biopori yang sangat bermanfaat untuk membantu peresapan air sehingga mencegah terjadinya banjir. Beliau melihat-lihat proses pengerjaan kami selama beberapa menit lalu pamit untuk melanjutkan perjalanannya.

Seorang ibu bersepeda memperhatikan pengerjaan biopori kami.

Sebelum pulang, Bapak Vanny juga menitipkan surat bukti pengerjaan biopori kepada kami untuk disampaikan kepada Bapak Hari Sriyanto selaku dosen Character Building kami. Kami mengucapkan terima kasih atas support yang luar biasa yang diberikan oleh Bapak Vanny kepada kami. Mengingat hari menjelang petang, kami pamit dan meninggalkan area Paroki Santo Kristoforus. 

  Summary:
- Kegiatan yang dilakukan: membuat 5 buah lubang biopori sehingga total telah dibuat 10 buah lubang biopori.
- Nilai Pancasila yang diterapkan: Sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia di mana kami bahu membahu dalam mengerjakan proyek biopori ini. Bila salah seorang teman merasa lelah atau kesulitan, kami segera membantunya. I’m so happy and proud to have a team like my team. We made a good teamwork and worked happily. :)

Togetherness we shared.